Merlyn Sopjan: Kepada Keluarga, Aku Pulang
4 August 2022
SIARAN PERS “DPRemaja Merebut Kembali Ruang Aspirasi: Rokok Harus Mahal!”
4 November 2022
Show all

Press Release : Pemberdayaan untuk Masyarakat Tangguh Bencana

Semarang, 24 – 27 Oktober 2022

Pada tanggal 24 – 27 Oktober 2022, PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) menyelenggarakan Pertemuan Humanitarian dalam Rangka Bulan Pengurangan Resiko Bencana yang diperingati secara Nasional pada 13 Oktober 2022. Kegiatan ini dilaksanakan dengan berbagai rangkaian seperti Pelatihan Kekerasan Seksual Berbasis Gender di Situasi Bencana untuk Relawan Remaja dari 25 Provinsi di Indonesia dan pelatihan Surge Deployment Team (tim aksi cepat bencana PKBI yang terdiri dari tenaga medis dan relawan).

Kegiatan ini dihadiri oleh 85 peserta yang berasal dari multistakeholder, mulai dari perwakilan PKBI dari 25 provinsi, dinas terkait, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Kesehatan RI dan mitra lainnya.

Sejak berdiri pada 1957, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) merupakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mempelopori Gerakan keluarga berencana Indonesia dan memperjuangkan Hak Kesehatan Seksual Reproduksi (HKSR).

Dalam kondisi bencana yang kerap terjadi di tanah air, perempuan, anak, dan remaja, seringkali menjadi korban pertama.

Kelompok rentan ini memiliki hambatan dalam mengakses pelayanan kesehatan reproduksi, terutama dalam situasi bencana alam berskala besar Dan menengah.

Saat itulah berbagai masalah bermunculan.

Keterbatasan akses kontrasepsi dalam situasi bencana dapat meningkatkan angka kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) serta munculnya masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV.

Selain itu, kondisi sosial pasca bencana yang abnormal dapat meningkatkan risiko kekerasan seksual terhadap warga yang rentan dan kurang berdaya.

Mempertimbangkan hal tersebut, PKBI melaksanakan Program Kemanusiaan terkait Kesehatan Reproduksi pada situasi bencana mengacu kepada petunjuk pelaksanaan penyediaan Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) untuk kesehatan reproduksi.

PPAM merupakan seperangkat kegiatan prioritas yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan kesehatan reproduksi warga pada awal keadaan darurat atau situasi bencana.

Eko Maryadi, Direktur Eksekutif Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Pusat dalam sambutannya menekankan pelibatan remaja dalam kegiatan mitigasi bencana. “Remaja harus menjadi aktor dan memiliki kapasitas dasar dalam penanganan bencana. Indonesia dikenal sebagai ring of fires sekaligus laboratorium kebencanaan di dunia. Melalui program Humanitarian, remaja PKBI akan dilatih untuk manggung dan maju dalam urusan penanganan bencana”.

Direktur Kesiapsiagaan BNPB Nasional Drs. Pangarso Suryotomo dalam Keynote Speechnya menyampaikan, “BNPB turut mendorong PKBI dan praktek kerelawanan menjadi badan inklusi yang bersinergi dalam layanan kebencanaan dan menjaga kearifan lokal. Nenek moyang kita memberikan pengetahuan terkait mitigasi kebencanaan, sehingga generasi sekarang harus mampu menyiapkan diri dan orang-orang disekitar kita untuk menghadapi bencana. Dalam isu HKSR, layanan IMS, HIV dan kontrasepsi, PKBI bisa menjadi ujung tombak dalam urusan kebencanaan.”

Andi Iskandar, Direktur Eksekutif Daerah Sulawesi Selatan, melihat respon bencana yang dilakukan PKBI lebih spesifik untuk orang yang kesulitan mendapatkan bantuan tertentu, seperti memberi respon cepat kelompok rentan seperti ibu hamil, lansia, remaja putri terkait akses layanan kesehatan reproduksi.

Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah telah membentuk Layanan Inklusi Disabilitas (LIDI) dan Desa Tanggap Bencana di 128 Desa binaan tanggap bencana.

Kolaborasi ini juga terjalin dengan perguruan tinggi seperti Universitas Negeri Semarang dan juga Universitas PGRI Semarang. BPBD berkomitmen untuk terus menerus mengedukasi kepada masyarakat untuk lebih mengenali lingkungannya dan dapat menolong dirinya sendiri.

Elisabeth Widyastuti, Direktur Eksekutif Daerah Jawa Tengah memaparkan, strategis teknis yang dilakukan oleh PKBI Jawa Tengah untuk tetap memberikan layanan di masa pandemi Covid-19, seperti; 1) Penguatan layanan statis yang dimiliki pada klinik yang ada; 2) Aktif untuk melakukan jejaring secara progresif dengan relawan, kader, pada bidan dan mitra yang sudah dimiliki.

Sedangkan Edward Maningoy dari IDEP Foundation berbicara tentang upaya mitigasi bencana dari perspektif ancaman krisis iklim. IDEP Foundation menggambarkan konsep permanent agrikultur dan permanen kultur (permakultur) yang didesain untuk menyederhanakan pola manusia yang selaras dengan siklus alam dan aspek perlindungan terhadap bumi.

Kontak Person:
Dwi Hermawan (0856-4015-6233)

Foto Bersama Narasumber, Tamu Undangan, Peserta, dan Panitia Pertemuan Humanitarian PKBI dalam Rangka Bulan Pengurangan Resiko Bencana
Suasana Kegiatan Pertemuan Humanitarian PKBI dalam Rangka Bulan Pengurangan Resiko Bencana
Narasumber dari BPBD Jawa Tengah sedang berdiskusi dalam acara Pertemuan Humanitarian PKBI dalam Rangka Bulan Pengurangan Resiko Bencana