Sunat Perempuan (Masih) Membelenggu Perempuan, Mana Komitmen Pemerintah?
13 February 2018
Kematian Ibu dan Upaya-Upaya Penanggulangannya
30 March 2018
Show all

ODHA, Bencana, dan Langkah Ekstra: “Potret Singkat tentang Kondisi Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) dalam Situasi Bencana”

Oleh: Arief Rahadian

 

Bencana menyerang tanpa pandang bulu. Artinya, siapapun bisa menjadi korban bencana; mulai dari pejabat pemerintah, pengusaha, hingga ibu rumah tangga. Perbedaan latar belakang korban bencana menuntut prioritas tindakan respon bencana yang berbeda pula. Hal ini menjadi penting, karena setiap kelompok memiliki derajat kerentanan bencana yang bervariasi. Artikel ini akan membahas tentang prioritas respon bencana bagi salah satu kelompok sosial yang paling rentan, yaitu kelompok Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA).

Bagi ODHA, selamat dari bencana merupakan awal dari pertarungan antara hidup dan mati. Pertarungan antara ODHA dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang bersarang dalam tubuhnya; pertarungan melawan waktu. Center for Disease Control and Prevention (CDC) menjelaskan bahwa HIV berkerja sedemikian rupa untuk melemahkan sistem kekebalan tubuh dari indung, atau host-nya. Kondisi ini, jika dibiarkan tanpa pengobatan, akan menyebakan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) – suatu kondisi ketika infeksi mematikan mengambil alih tubuh host, akibat sistem kekebalan tubuh yang tidak dapat berfungsi dengan baik (CDC, 2017).

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), hingga saat ini belum ditemukan obat untuk HIV; namun ODHA dapat mengontrol perkembangan, dan mencegah penyebaran HIV melalui Antiretroviral Therapy, atau ART (WHO, 2017). ART sendiri mencakup pemberian kombinasi obat antiretroviral (ARV), yang berfungsi untuk mengacaukan siklus hidup HIV, dan mencegah virus tersebut mereplikasi dirinya (Aidsinfo, 2017). Studi yang dilakukan oleh The Antiretroviral Therapy Cohort Collaboration menunjukkan bahwa ODHA yang menerima ART memiliki angka harapan hidup yang kurang lebih sama, dengan mereka yang tidak terinfeksi HIV (Trickey dkk, 2017).

Kondisi bencana membawa dampak yang signifikan bagi siklus hidup dan pengobatan ODHA. Departemen Kesehatan dan Pelayanan Masyarakat Amerika Serikat mencatat setidaknya terdapat empat dampak signifikan yang dirasakan oleh ODHA dalam situasi bencana. Pertama, bencana kerap berdampak pada ketersediaan air bersih. Meminum air yang tercemar dapat meningkatkan resiko infeksi yang dialami oleh ODHA. Hal ini diperparah dengan kehadiran poin kedua, yaitu terganggunya siklus pengobatan ODHA. Situasi bencana dapat menghentikan ART dan pemberian ARV, yang seharusnya diminum setiap hari oleh ODHA. Hal ini dapat menyebabkan naiknya HIV viral load, atau jumlah virus yang beredar di dalam tubuh ODHA. Ketiga, situasi bencana menutup akses ODHA terhadap fasilitas kesehatan yang lengkap. Keempat, bencana umumnya mengacaukan akses transportasi, yang dapat berdampak pada keterlambatan suplai obat-obatan, dan bantuan bagi ODHA (Gomez, 2012).

Upaya persiapan dan respon bencana bagi kelompok ODHA di Indonesia menjadi penting, mengingat data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa hingga bulan Maret 2017, terdapat 242.699 kasus infeksi HIV dan 87.453 penderita AIDS di Indonesia (Kemenkes, 2017). Selain itu, data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga menunjukkan bahwa Indonesia memiliki Indeks Risiko Bencana yang tinggi – yang digambarkan melalui hadirnya risiko bencana gempa bumi di seluruh ibu kota provinsi Indonesia (Islahuddin, 2017).

Kedua poin di atas agaknya menekankan pentingnya komitmen pemerintah dan stakeholders terkait untuk melaksanakan komponen Pencegahan Penularan HIV, yang tertera dalam Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) untuk Kesehatan Reproduksi, yang mencakup: 1) Memastikan tersedianya transfusi darah yang aman; 2) Memfasilitasi dan menekankan penerapan kewaspadaan standar (seperti menjaga kebersihan diri, serta menggunakan masker/sarung tangan); dan 3) Memastikan ketersediaan kondom.

Lebih lanjut, upaya respon bencana juga harus menggapai mereka yang tidak mengetahui, atau tidak mau menunjukkan status HIV-nya secara terang-terangan. Berdasarkan panduan yang dirilis oleh United Nations Development Programme (UNDP), hal ini dapat dilakukan dengan pendekatan informal terhadap individu, atau kelompok-kelompok kecil yang menjadi bagian dari populasi kunci; seperti Pekerja Seks (PS), Laki-laki yang Berhubungan Seks dengan Laki-laki (LSL), dan anak muda. Berkat metode tersebut, UNDP berhasil mengintervensi 200.000 pekerja seks perempuan dan LSL, dalam program respon bencana gempa bumi Haiti, yang terjadi pada tahun 2010 lalu (UNDP, 2015).

 

. . .

 

Daftar Referensi

AIDSinfo (2017). The HIV Life Cycle. Diakses melalui: https://aidsinfo.nih.gov/understanding-hiv-aids/fact-sheets/19/73/the-hiv-life-cycle.

CDC. (2017). About HIV/AIDS. Diakses melalui: https://www.cdc.gov/hiv/basics/whatishiv.html.

Islahuddin. (2017). Indeks Risiko Bencana di 34 Ibu Kota Provinsi se-Indonesia. Diakses melalui: https://beritagar.id/artikel/berita/indeks-risiko-bencana-di-34-ibu-kota-provinsi-se-indonesia.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Laporan Perkembangan HIV-AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS) Triwulan I Tahun 2017. Diakses melalui: http://www.aidsindonesia.or.id/ck_uploads/files/Laporan%20HIV%20AIDS%20TW%201%202017.pdf.

Nouboussi, Jean. (2015). Maintaining HIV Health Services in the Wake of Disaster. Diakses melalui: http://www.undp.org/content/undp/en/home/blog/2015/4/1/Maintaining-HIV-health-services-in-the-wake-of-disaster.html.

Gomez, Miguel. (2012). Natural Disasters and People Living with HIV and AIDS. Diakses melalui: https://www.hiv.gov/blog/natural-disasters-and-people-living-with-hiv-and-aids-2.

The Antiretroviral Therapy Cohort Collaboration. (2013). Survival of HIV-positive Patients Starting Antiretroviral Therapy Between 1996 and 2013: A Collaborative Analysis of Cohort Studies. Sterne J.A.C. (2017)  The Lancet HIV,  4  (8) , pp. e349-e356.

UNHCR. (2011). Minimum Initial Service Package (MISP) for Reproductive Health in Crisis Situations: A Distance Learning Module. Diakses melalui: http://www.unhcr.org/4e8d6b3b14.pdf.

WHO. (2018). HIV/AIDS – Treatment and Care. Diakses melalui: http://www.who.int/hiv/topics/treatment/en/.