Lebaran Perempuan, Mari Bersatu untuk Perubahan
8 March 2017
Siaran Pers PAI : Meluruskan Miskonsepsi Pedofil Pada Kasus Kejahatan Seksual Terhadap Anak
22 March 2017
Show all

Anak Perlu Pahami Tubuhnya sejak Dini

JAKARTA, KOMPAS — Anak perlu memahami dan mengenali tubuhnya sejak dini. Selain untuk menjaga kebersihan dan kesehatan tubuhnya, upaya itu juga untuk melindungi anak dari kejahatan seksual. Namun, upaya itu harus dilakukan dalam bimbingan orangtua atau guru.

Pengenalan tubuh pada anak usia 4-6 tahun itu merupakan bagian dari pendidikan kesehatan reproduksi. Selain mengenali tubuhnya, anak juga perlu diajak memahami adanya perbedaan antara tubuh anak laki-laki dan perempuan. Dengan mengetahui hal-hal terkait tubuh, anak bisa menjaga tubuhnya sekaligus menghormati tubuh temannya.

Namun, banyak orangtua dan orang dewasa yang memandang pengenalan tubuh itu sebagai hal tabu. “Banyak orangtua tidak mengajarkan anaknya mengenali tubuh mereka dan berharap anak tahu sendiri hal itu,” kata Kepala Bidang Program Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Fahmi Arizal di Jakarta, Kamis (9/3).

Pembiaran itu justru rentan menimbulkan pemahaman anak yang keliru tentang tubuhnya karena anak mendapat informasi yang salah, baik dari teman, gawai yang dimainkan, maupun dari orang dewasa yang tak bertanggung jawab. Akibatnya, anak justru melakukan tindakan-tindakan tak patut dan berisiko kesehatan terhadap tubuhnya ataupun teman-temannya.

Di sisi lain, banyak orangtua khawatir terhadap ancaman kejahatan seksual terhadap anak mereka, baik laki-laki maupun perempuan. Namun, mereka tidak tahu bagaimana melindungi anaknya dengan benar. Akibatnya, yang muncul justru pembatasan atau pembiaran yang membuat anak semakin rentan dan tak bisa melindungi dirinya.

“Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang benar sesuai umur anak justru akan melindungi anak jadi korban kejahatan seksual,” kata anggota staf Program Anak dan Remaja PKBI, Alam Setia Bakti.

Di masa lalu, dalam sistem sosial dan ikatan masyarakat yang masih kuat, lingkungan sekitar masih mampu menjaga dan melindungi anak-anak dari kejahatan seksual. Namun, di tengah perubahan zaman yang menguatkan individualitas, perlindungan harus bisa dilakukan anak-anak secara mandiri.

“Orangtua tidak bisa selalu menemani anaknya setiap saat,” kata Alam. Meskipun demikian, kepedulian masyarakat dan lingkungan terhadap keselamatan dan keamanan anak tetap harus diupayakan.

Materi pembelajaran

Materi tentang pendidikan kesehatan reproduksi pada anak umur 4-6 tahun tentu berbeda dengan kelompok umur lain. Selain disesuaikan dengan tahap tumbuh kembangnya, kebutuhan setiap kelompok umur anak tentang kesehatan reproduksi juga berbeda-beda.

Pemberian materi kesehatan reproduksi pada anak prasekolah itu harus dengan pendampingan orangtua atau guru. Materi itu tidak boleh diberikan dalam bentuk buku yang bisa dibaca anak-anak secara langsung.

Hanya dengan pendampingan dari orangtua atau guru yang benar-benar memahami, informasi tentang kesehatan reproduksi yang diterima anak lebih akurat dan tepat sesuai umur mereka.

Fahmi menambahkan, PKBI berusaha mengenalkan pendidikan kesehatan reproduksi sebagai materi kecakapan sosial bagi anak usia prasekolah melalui program Bina Anaprasa (Pembinaan Anak Prasekolah) sejak 1980-an.

Namun, mengenalkan pendidikan kesehatan reproduksi itu secara luas masih jadi tantangan berat. Pendidikan kesehatan reproduksi sulit diintegrasikan secara utuh dalam sistem pendidikan formal. (MZW)

Versi online artikel ini terbit di Kompas.com, 10 Maret 2017, 14:28 WIB

Versi cetak artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 10 Maret 2017, di halaman 14 dengan judul “Anak Perlu Pahami Tubuhnya sejak Dini”.