Informasi PKBI :Seleksi Nasional Kader PIKM Nusantara
5 March 2015
Informasi PKBI : Seleksi Nasional Kader PIKM Nusantara
6 March 2015
Show all

Press Release PKBI Daerah Jateng :PKBI Gelar Latihan Tanggap Bencana

Krapyak, (5/3). Jawa Tengah pada khususnya, dan di Indonesia pada umumnya, memiliki banyak titik rawan bencana. Menghadapi kondisi bencana yang sering terjadi di Indonesia, PKBI telah menyiapkan sistem dan manajemen kebencanaan. Hal ini untuk memastikan bahwa tidak ada korban yang meninggal atau mengalami kekerasan terutama dalam situasi krisis, baik yang disebabkan oleh bencana atau konflik.

Selama lima hari (2-6/3) bertempat di Wisma PKBI Jateng Jl. Jembawan Raya No. 8 – 12, Semarang digelar kegiatan Pelatihan Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) – Minimum Initial Service Package (MISP). Sebanyak 22 peserta perwakilan yang terdiri dari staff klinik dan relawan remaja utusan PKBI DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur terlibat dalam pelatihan tersebut. Dengan metode pelatihan Presentasi, Diskusi, Simulasi, Bermain Peran, serta Studi Lapangan dapat dipastikan bahwa pelatihan tersebut akan efektif untuk menghadapi tanggap darurat. Pelatihan ini didukung oleh IPPF (International Planned Parenthood Federation) melalui proyek SPRINT Initiative dengan Tim pemateri dari Subur dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dan Muhemi serta Heny Widyaningrum dari PKBI Pusat.

Berbagai materi yang telah disiapkan oleh penyelenggara diantaranya adalah: Peran PKBI dalam respon bencana di Indonesia, Pencegahan Kekerasan dan Eksploitasi Seksual, Kehamilan yang Tidak Dikehendaki (KTD), Resiko Kematian saat Kehamilan dan Persalinan, Aborsi Tidak Aman serta Sistem dan Mekanisme Koordinasi Antar Pemangku Kepentingan menjadi bahan untuk dikaji baik di kelas maupun dilapangan.

Berdasarkan data yang dimuat pada SPRINT Facilitator’s Manual, bahwa ketika terjadi bencana, diperkirakan ada 20% laki-laki seksual aktif dan 25% perempuan usia produktif dari total populasi korban bencana yang membutuhkan informasi dan layanan kesehatan seksual dan reproduksi. Sekitar 2% dari total jumlah perempuan yang menjadi korban bencana beresiko menjadi korban pelecehan dan kejahatan seksual dan 15% dari total jumlah perempuan tersebut membutuhkan layanan kontrasepsi. Sebanyak 4% menjalani proses kehamilan di lokasi penampungan. Sekitar 5% dari jumlah perempuan yang hamil tersebut membutuhkan persalinan caesar. Duapuluh persen dari perempuan yang hamil itu berpotensi mengalami keguguran atau menjalani aborsi yang tidak aman.

Tidak dapat dipungkiri bahwa secara geografis, Indonesia merupakan Negara tropis karena dilalui oleh garis khatulistiwa. Terbentang di antara Samudera Pasifik dan Samudera India. Terletak di antara Benua Asia dan Benua Australia. Indonesia juga terletak di atas lempeng Sunda Megathrust dan juga berada di jalur Ring of Fire (cincin api) karena ada puluhan gunung berapi aktif. Kondisi dan letak geografis tersebut menyebabkan Indonesia menjadi Negara yang rentan terhadap bencana, baik bencana gempa maupun tsunami.

Selain itu, secara administratif, Indonesia terdiri dari 34 provinsi, 497 kabupaten/kota, 6.994 kecamatan, 81. 253 desa, dengan luas wilayah 1.913.578 km2 dan total jumlah penduduk 251.857.940 jiwa. Hal ini menjadi penyebab lambatnya proses tanggap darurat karena struktur birokrasi yang panjang. Indonesia juga terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan bahasa berbeda yang bermukim dari Sabang hingga Merauke. Baik yang hidup di daerah pesisir maupun pegunungan.

Direktur Eksekutif PKBI Daerah Jawa Tengah Elisabet S.A. Widyastuti, SKM, M.Kes disela-sela pelatihan berlangsung saat ditemui menyampaikan bahwa dalam situasi krisis, baik yang disebabkan oleh bencana atau konflik diperlukan tim kesehatan yang mampu membaca situasi dan kondisi korban. Oleh karena itu, tim yang saat ini menjalani pelatihan diharapkan dapat menjadi bagian dari pelayan masyarakat yang mampu menjamin kebutuhan korban dan masyarakat terdampak bencana terkait kebutuhan informasi dan layanan kesehatan seksual dan reproduksi. Hal itu menjadi penting karena perempuan dan anak adalah kelompok yang paling rentan menjadi korban ketika terjadi bencana. Berdasarkan data global, sepanjang 17 tahun terakhir lebih 40 juta orang kehilangan tempat tinggal karena bencana dan konflik. Delapan puluh persen atau setara dengan 32 juta orang dari angka tersebut adalah perempuan dan anak-anak.** (Antonius Juang Saksono)