Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan Reproduksi (Klinik)
Klinik KB Terpadu dirintis pada tahun 1980, yang merupakan model pelayanan KB lengkap yang diperuntukkan bagi masyarakat perkotaan. Pelayanan diberikan meliputi kesehatan umum, kontrasepsi/Keluarga Berencana, laboratorium sederhana, pap smear, infertilitas, pemeriksaan kehamilan, pelayanan persalinan, back up kegagalan kontrasepsi, konseling, penelitian dan pelatihan kesehatan reproduksi.
Sejak tahun 2005, Klinik PKBI mencoba untuk memberikan pelayanan kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual yang terintegrasi dengan pelayanan IMS dan HIV.
Saat ini PKBI memiliki 55 klinik statis yang terdiri dari 20 klinik induk jaringan, 35 klinik satelit/unit jaringan dan 6 mobile klinik yang tersebar di 20 propinsi di seluruh Indonesia. Pada tahun 2005, klinik memberikan pelayanan kepada 33.376 akseptor baru, 36.641 akseptor aktif dan 47.353 klien non kontrasepsi. Sementara itu pada tahun 2006, klinik memberikan pelayanan kepada 35.306 akseptor baru, 24.687 akseptor aktif dan 44.000 klien non kontrasepsi. Tahun 2002 – 2005, 20 klinik PKBI di 19 propinsi melaksanakan perbaikan QOC (Quality of Care) pelayanan kesehatan reproduksi yang berbasis pada hak klien dengan dukungan dana dari IPPF/Bill and Melinda Gates Foundation.
Penyaluran Kontrasepsi Mandiri
PKBI mulai merintis proyek Penyaluran Kontrasepsi melalui partisipasi masyarakat / PKPM pada tahun 1975. PKBI merintis proyek penyaluran kontrasepsi melalui partisipasi masyarakat yang dimulai pada tahun 1974 – 1976 di propinsi Sulawesi Selatan.
PKPM merupakan inovasi dalam pelayanan KB, dimana PKBI menyalurkan kontrasepsi, sekaligus melakukan edukasi masyarakat tentang KB, khususnya di daerah-daerah yang sulit dijangkau. Saat ini PKM dilaksanakan di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Jawa Tengan, Jawa Timur dan Bengkulu.