Kompasiana, 07 April 2015, 18:42
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) akan mengadakan kegiatan “Hugging Run” yang bertema “Keluarga adalah Rumah Terbaik untuk ODHA” dengan tagline “One Hug One Life” di Parkir Timur Senayan, Jakarta, tanggal 30-31 Mei 2015.
Acara tersebut digalang oleh PKBI karena banyak Orang dengan HIV/AIDS (Odha) yang masih mengalami stigma (cap buruk) dan diskriminasi (perlakuan berbeda). Perlakuan tersebut tidak hanya oleh masyarakat, tapi juga kerap dilakukan oleh keluarga Odha itu sendiri.
Laporan Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, tanggal 12 Februari 2015, tentang Laporan Perkembangan HIV-AIDS Triwulan IV Tahun 2014: Jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS Tahun 1987-Desember 2014 sebanyak 225.928 yg terdiri atas HIV 160.138 dan AIDS 65.790 dengan 11.801 kematian. Sekitar 71,9 % kasus HIV/AIDS terdeteksi pada rentang usia antara 25-49 tahun.
Stigma dan diskriminasi yang dihadapi Odha hingga saat ini sudah layak menjadi perhatian kita semua. Bahkan, unit terkecil, yaitu keluarga, masih saja ada yang melakukan stigma dan diskriminasi terhadap anggota keluarganya yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS. Kondisi ini akan meperparah kondisi psikologis Odha. Padahal, mereka menggantungkan harapan kepada keluarga agar menerima mereka dengan perhatian dan dukungan.
Lagi pula tidak ada kaitan langsung antara norma, moral, agama dan hukum dengan penularan HIV/AIDS karena penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual, misalnya, bisa terjadi di dalam dan di luar nikah. Penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual terjadi karena kondisi (saat terjadi) hubungan seksual yaitu salah satu atau kedua-duanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki atau suami tidak memakai kondom ketika hubungan seksual di dalam dan di luar pernikahan yang sah (sifat hubungan seksual).
Maka, tidak ada alasan untuk melakukan stigma dan diskriminasi terhadap pengidap HIV/AIDS karena tidak semua orang yang tertular HIV terkait dengan pelanggatan norma, moral, agama dan hukum. Linat saja ibu-ibu rumah tangga yang tertular HIV dari suaminya melalui hubungan seksual yang sah dan halal di dalam ikatan pernikahan yang sah.
Pengalaman Randi, bukan nama sebearnya, seorang Odha di Jakarta ini memberikan gambaran stigma dan diskriminasi yang mereka hadapi. “Ketika di malam hari dalam suasana yang sangat tenang bersama mama dan kakakku, aku memberitahukan hasil tes HIV yang ternyata hasilnya positif kepada mereka. Alhasil mamaku sangat kecewa dan sempat marah kepadaku, apalagi kakakku langsung menarik anaknya untuk menjauh dariku.”
Hal yang saja juga dialami oleh Erna, juga bukan nama sebenarnya, yang juga seorang Odha. Ini pengalaman Erna di lingkungan keluarganya. “Ketika keluarga mengetahui status HIV saya, mama hanya melarang saya untuk memegang keponakan saya yang masih kecil karena kasihan kalau tertular.” Bagi Erna sikap seperti itu wajar, “Karena mama belum paham dengan HIV,” ujar cewek ini.
Terkait dengan acara yang akan dilangsungkan, menurut Inang Winarso, Direktur Eksekutif PKBI, pada acara Media Gathering bulanan PKBI di Jakarta (6/4-2015): “Event ini merupakan rangkaian kegiatan terkati dengan peringatan ‘Hari Keluarga Nasional’ 29 Juni 2015.”
Acara tersebut diramaikan dengan kegiatan olah raga dan sosialisasi informasi HIV/AIDS yang akan dilaksanakan secara serentak di 3 (tiga) kota yaitu Bandung, Denpasar, dan Jakarta selama 2 (dua) hari yakni pada tanggal 30 – 31 Mei 2015. “Kita berharap dengan kegiatan ini rekan-rekan media bisa memberikan informasi HIV/AIDS yang komprehensif agar saudara-saudara kita yang terinfeksi HIV tidak mengalami stigma dan diskrimasni,” kata Lola Lamanda, Business Development Manager “Limaplus Komunika”, yang akan menjalakan acara “Hugging Run” ini.
Ajakan Lola merupakan harapan Inang: “Diharapkan dengan bentuk kegiatan seperti ini masyarakat dapat lebih paham isu HIV/AIDS dan terutama bagi keluarga yang mempunyai anggota keluarga HIV+ tidak lagi melakukan stigma dan diskriminasi karena pada prinsipnya keluarga adalah rumah terbaik bagi Odha.”
Salah satu kegiatan tanggal 31 Mei 2015 adalah Hugging Run 5K yang akan dikemas dengan kegiatan olah raga (futsal dan basket). Tim futsal Odha akan berhadapan dengan artis-artis ibu kota. Sedangkan sosialisasi HIV/AIDS dilakukan antara lain melalui talk show, diskusi, Tes HIV Bersama, dan Bazar.
Acara lain yang tidak kalah pentingnya adalah Malam Renungan AIDS Nasional (MRAN) 2015 yang merupakan bagian dari upaya mendorong masyarakat untuk mengenang suami, istri, anak, keponakan, cucu, pacar, suami, istri, teman, sahabat, dan lain-lain yang sudah berpulang karena penyakit terkait AIDS. Dengan mengenang mereka masyarakat diharapkan bisa memetik hikmah agar tidak lagi ada yang melakukan perilaku yang berisiko tertular HIV/AIDS.
Acara dua hari itu akan melibatkan seluruh lapisan masyarakat, termasuk Odha dan keluarganya serta dimeriahkan oleh artis-artis ibu kota.
PKBI adalah sebuah organisasi gerakan yang didirikan pada tahun 1957 yang berkantor pusat di Jakarta. PKBI memelopori gerakan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia. Hingga saat ini PKBI memiliki kantor daerah di 27 provinsi di Indonesia dan terus memperjuangkan hak warga negara agar hak kesehatan terpenuhi secara menyeluruh termasuk kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi. *** [Syaiful W. Harahap] ***
http://edukasi.kompasiana.com/2015/04/07/menggalang-partisipasi-masyarakat-memupus-stigma-dan-diskriminasi-terhadap-odha-711156.html