Sesat Pikir Pasal Cabul RKUHP: “Dibutuhkan Kemanusiaan Dalam Pembahasannya”
13 May 2020
https://mellowed.com/wp-content/uploads/2019/04/How-to-Deal-With-Verbal-Abuse.jpg
Buka Ruang Berani Berbincang: Kasus Kekerasan di Masa Covid-19 dan Tips Membangun Hubungan Sehat
17 May 2020
Show all

Compassion Fatigue: Sebelum Membantu Orang Lain, baiknya Perhatikan Diri Sendiri Dulu

gambar diambil dari http://uclaisap.org/html2/compassion-fatigue-behavioral-workforce-cip.html

PKBI bekerja sama dengan Grup Admin Instagram Feminisme mengadakan kegiatan Sesi Berbagi: Cara Mengukur dan Mengatasi Burnout pada 14 Mei 2020. Kegiatan ini dihadiri oleh 31 orang peserta di luar PKBI sebagai penyelenggara. Dikarenakan Sesi berbagi ini dihelat secara online melalui aplikasi Zoom maka dibutuhkan lima orang moderator, yaitu Rika Rosvianti dari perEMPUan, An Nisaa Yovani dari Samahita, Monica Devina dari @dearcatcallers_id, Alimah dari @perempuanberkisah, dan Riska Carolina dari SGRC/PKBI. Sesi berbagi diifasilitasi oleh Anastasia Satriyo, psikolog klinis dari Tigagenerasi @ Brawijaya Clinic.

Dalam sesi fasilitasinya, Anastasia memaparkan tentang compassion fatigue yang merupakan efek negatif dari kelelahan dalam membantu orang lain. Compassion fatigue ditandai dengan rasa berat di tubuh tertentu, berkurangnya rasa empati terhadap orang lain, dan gangguan tidur. Menurut Anastasia berada di dalam grup atau jaringan yang berfokus sebagai pendamping memang kerap melelahkan. Anastasia Satrio juga mengapresiasi perjuangan kawan-kawan pendamping yang memperjuangkan hal yang dipercaya, sekaligus membantu korban kekerasan seksual.

“Memang baik karena kita bisa membantu orang lain dan memperjuangkan apa yang kita percayai, namun kita juga tidak bisa memungkiri bahwa ada efek negatif seperti burnout atau perubahan mood secara tiba-tiba (mood swings), seperti rasa berat di area tubuh tertentu, lelah mental dan emosi, dan merasa putus harapan”,  ungkap Anas, sapaannya.

Anastasia Satriyo juga memberikan pemaparannya dengan tetap menjalin komunikasi melalui chat di Zoom agar peserta dapat menjabarkan gejala-gejala kelelahan mentalnya. Selama sesi ini berlangsung, peserta dapat secara bebas mengungkapkan apa yang mereka alami dan rasakan. Nyaris seluruh peserta mengeluhkan keluhan fisik yang mereka yakini sebagai akibat dari stres. Menurut Anastasia, hal-hal yang dialami oleh peserta merupakan bentuk respon tubuh terhadap emosi diri.

“Ketika diri sudah merespon dengan penyakit-penyakit yang dirasakan tubuh, maka diri perlu memikirkan emotional self-care. Caranya banyak sesuai dengan kenyamanan diri sendiri, misalnya, latihan nafas, relaksasi, meditasi, olahraga, dll.” Jelasnya.

Di akhir sesi, Anastasia Satriyo memberikan latihan relaksasi yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Relaksasi ini menekankan pada latihan nafas dan pentingnya berterima kasih pada anggota tubuh yang selama ini telah menopang aktivitas kita. Metode relaksasi ini diharapkan dapat membuat peserta menjadi lebih tenang, lebih fokus, dan lebih menghargai hal-hal kecil yang berdampak besar bagi kesehatan fisik dan mental. Psikolog ini juga menyakinkan peserta bahwa self-care atau kepedulian terhadap diri sendiri lebih penting dari apapun.

“Perhatikan diri sendiri dulu, memang dengan situasi di Indonesia sekarang mengajarkan kalau menolong orang lain itu hal yang baik dan diutamakan, namun penting untuk memperhatikan diri sendiri terlebih dahulu. Kadang saking sibuknya, kita lupa caranya bernafas dengan teratur menggunakan metode yang benar.”Ujarnya menutup Sesi Berbagi.


Grup Admin Instagram Feminisme adalah jaringan yang terdiri dari gabungan organisasi masyarakat sipil, kolektif, dan platform feminisme di Instagram.  Organisasi yang tergabung dalam jaringan ini bergelut untuk menangani kasus kekerasan seksual dan mendukung pengesahan RUU PKS.


Penulis: Deltani Nuzuli Ramadhina

Editor: Riska Carolina