gambar diambil dari http://uclaisap.org/html2/compassion-fatigue-behavioral-workforce-cip.html
Compassion Fatigue: Sebelum Membantu Orang Lain, baiknya Perhatikan Diri Sendiri Dulu
15 May 2020
http://www.indeksberita.com/adakah-perda-intoleran-dan-diskriminatif-dibatalkan/
[Media Rilis Koalisi] Rilis Koalisi PEKAD Pasal Living Law dalam RKUHP: Legitimasi Perda Diskriminatif?
20 May 2020
Show all

Buka Ruang Berani Berbincang: Kasus Kekerasan di Masa Covid-19 dan Tips Membangun Hubungan Sehat

https://mellowed.com/wp-content/uploads/2019/04/How-to-Deal-With-Verbal-Abuse.jpg

Masa pandemic Covid 19 dan diberlakukannya PSBB dibeberapa daerah tidak menyurutkan semangat remaja untuk aktif berdiskusi dan bertukar opini. Semangat itu ditangkap oleh Forum Remaja PKBI dan diwujudkan dalam kegiatan diskusi online dengan tema Ngedate Yuk Vo.1: Hubungan asik di Kala Pandemi pada 16 Mei 2020. Kegiatan ini diikuti oleh 15 remaja yang telah lolos seleksi challenge dengan mengunggah foto dan caption di Instagram tentang kegiatan produktif mereka selama #dirumahaja. Tidak tanggung-tanggung narasumber yang diundang dalam kegiatan diskusi online ini ialah Co Founder dan Co Director Hollaback! Jakarta yang juga merupakan Executive Director Lintas Feminis Jakarta yakni Anindya Nastiti Restuviani.

Di awal pemaparannya, narasumber mengingatkan bahwa untuk membangun hubungan atau relasi yang sehat, harus dimulai dengan memahami dulu karakteristik relasi yang tidak sehat dan dampak-dampaknya. Salah satu karakteristik hubungan yang tidak sehat ialah adanya kekerasan.  Narasumber juga menjelaskan mengenai bentuk-bentuk kekerasan dan alasan budaya kekerasan dilanggengkan di Indonesia.

“Bentuk kekerasan itu macam-macam dan mungkin kita disini gak sadar kekerasan itu bisa terjadi dimana saja, kapan saja, dan bahkan bisa dialami siapa saja. Kekerasan itu kata kuncinya adalah menyakiti orang lain, dan sayangnya kadang kita tidak sadar melakukan kekerasan karena bermakud bercanda” Jelas Anindya Nastiti Restuviani yang kerap disapa Vivi di awal presentasinya.

Vivi juga menjelaskan jenis dan contoh kekerasan bukan hanya secara fisik, tetapi juga ada kekerasan verbal, mental, digital, dan ekonomi. Faktanya selama masa pandemi ini, angka kekerasan yang terlapor mengalami peningkatan. Berdasarkan data LBH Apik Jakarta tahun 2020, kasus kekerasan selama masa pandemi bertambah hingga 3 kali lipat dan yang paling tinggi ialah kasus kekerasan di  dalam rumah tangga (32%), kekerasan digital (29%), serta adanya 7 laporan kasus kekerasan dalam pacaran.

Narasumber mengatakan untuk mengurangi kasus kekerasan seksual diperlukan usaha bersama. Salah satu contohnya ialah tidak melanggengkan kekerasan verbal yang diselimuti sebagai candaan. Dalam presentasinya, narsum juga mengingatkan, langkah awal membantu teman yang mengalami kekerasan ialah memahami terlebih dahulu kondisi atau keadaan teman. Setelah itu, menjadi orang yang bisa dipercaya dan memberi ruang yang aman bagi teman kita.

“upaya yang bisa dilakukan remaja untuk mencegah atau ikut mengurangi kekerasan dalam hubungan yakni lebih bersimpati dan peduli terhadap sesama, menjaga komunikasi yang baik dengan teman, keluarga, sahabat, dan kerabat, serta bisa bergabung dalam kemunitas yang peduli pada isu ini”, tutupnya


Penulis: Erina Slamet S.

Editor: Riska Carolina

untuk mengikuti kegiatan ini bisa dicek youtube Suara PKBI