Pada tanggal 30 Mei 2020, PKBI bersama Forum Remaja PKBI kembali mengajak remaja untuk berdiskusi dan meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi, melalui “Ngedate Yuk Vol.2: Redam Suaramu!”. Tema diskusi kali ini mengenai strategi bagi remaja agar tetap berani bersuara ketika mendapat tantangan atau bahkan tekanan. Narasumber adalah Ferena Debivena, pendiri SGRC Indonesia. Sebuah organisasi wadah diskusi mahasiswa tentang Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR). “Kita orang muda pastinya pernah memiliki pengalaman suara dan opini kita tidak didengar atau tujuan aksi yang kita lakukan tidak tersampaikan”, Ujar narasumber memantik sesi materi.
Ferena Debineva dalam sesinya mengajak peserta merefleksikan pengalaman ketika suara orang muda tidak didengar ataupun perlawanannya tidak tersampaikan. Kemudian Ferena juga memaparkan 4 (empat) tips atau strategi dalam berkomunikasi atau beropini, yakni:
Narasumber juga mengenalkan Seni Penyampaian Pesan kepada peserta. Salah satu metodenya adalah the sandwich metode yakni memberikan pesan secara bertahap. Teknis ini, bermuara pada pesan awal, tengah dan akhir yang disampaikan oleh penyampai pesan. Menurut Narasumber, secara teori, metode ini cukup mudah. Hanya tinggal menyampaikan pujian dan sanjungan pada pembukaan opini, lalu diikuti dengan kritik yang memang ingin disampaikan, setelah itu ditutup dengan pujian, sanjungan dan harapan. Mudah bukan?
“Metode ini akan sangat manjur jika lawan bicara kalian adalah orang yang cenderung memiliki ego yang besar”, katanya.
Selain itu, Narasumber juga berbagi metode lainnya, yaitu pass the mic. Metode ini memberikan tempat/kesempatan bagi orang lain yang lebih dikenal/diterima target pendengar dan juga penyampai pesan adalah orang yang lebih berhak atas narasinya. Narasumber tidak menampik bahwa memang ada batasan dari penyampai pesan, seperti biasanya dikendala bahasa atau kemampuan menulis dan lain-lain. Namun bukan berarti batasan itu menjadikan orang lain yang lebih punya akses untuk bercerita atau beropini atas nama penyampai pesan utama. Terutama sehubungan dengan hak dan pengalaman orang lain.
“Sebagai contoh ya, misalkan saja dalam forum internasional tentang keberagaman. Ada kawan transpuan, yang terkendala dalam bahasa, — bahasa inggris misalnya. Bukan berarti kita yang lancar berbahasa inggris lantas berbicara atas kawan kita itu. Jika bahasa inggris kita sebaik itu, kita bisa menjadi penerjemah untuknya, agar pendapatnya langsung dari mulut pertama”, Tambah Narasumber yang kerap disapa Fey ini menutup sesi
Kegiatan diskusi online yang ini diikuti oleh 15 remaja yang lolos seleksi. Diskusi ini juga ditayangkan secara live di youtube Suara PKBI agar lebih banyak remaja yang bisa melihat dan mendapat tips-tips untuk berani berekpresi dan bersuara. Sebagian besar peserta yang mengikuti challenge adalah remaja aktif dalam aksi #ReformasiDikorupsi.
Penulis : Erina Slamet Saputri
Editor: Riska Carolina