“Apa yang terlintas di kepala kalian ketika aku menyebutkan seks?”, ujar Fransisca Agatha Pengurus Nasional sekaligus perwakilan Youth Forum PKBI dari Jawa Tengah, memantik diskusi remaja lainnya pada kegiatan Youth Traveler di Pekanbaru, Riau (30/11 – 1/12).
Jentikan pertanyaan dari Fransisca sontak membuat ramai rekan-rekan sebayanya. Ada dari mereka yang menyebutkan bahwa seks adalah hal yang nikmat. Pernyataan itu tidak dibantah oleh Fransisca ataupun Riska, yang bertugas sebagai co-fasil dadakan menemani Sisca, panggilan akrabnya.
“Ya bisa jadi, tapi seks itu lebih kepada jenis kelamin laki-laki, perempuan dan ada juga interseks, kalau gender ada yang tau enggak di sini?”, tanya Sisca melanjutkan.
Hampir keseluruhan peserta yang hadir menjawab yakin bahwa gender adalah jenis kelamin. Bahwa seks dan gender adalah hal yang sama. Remaja Riau belum memahami bahwa gender merupakan ‘konstruksi sosial’. Riska berkesempatan untuk memantik diskusi yang kian memancing rasa penasaran remaja.
“Warna pink itu, warna untuk siapa?”, Tanya Riska.
Dijawab dengan yakin, “Perempuan”, teriak semua peserta youth traveler kompak.
“Jadi laki-laki ga boleh nih pakai baju pink?”, Lanjutnya.
Peserta diskusi kembali saling lirik dan berpikir keras lalu perlahan menggelengkan kepala, yang menunjukan bahwa laki-laki juga bisa saja menggunakan baju pink tergantung cara berpikirnya akan keberagaman.
Diskusi berlanjut, pertanyaan pemantik kembali dilemparkan kepada peserta, “kenapa ada polisi wanita, tidak ada polisi lelaki?”, Tanya Riska melanjutkan, yang diiringi gelak tawa peserta.
“Polak (baca: polisi laki-laki) donk namanya”, kelakar para peserta.
Sisca kali ini yang membantu menjelaskan kepada peserta yang hadir, bahwa gender merupakan pembedaan fungsi yang dikonstruksikan oleh masyarakat. Menurut Judith Butler dalam bukunya Gender Trouble, ia menyebutkan bahwa gender bukanlah sesuatu yang kita miliki sejak lahir tetapi sesuatu yang kita lakukan.
“Perbedaan-perbedaan yang mendiskriminasi itulah yang disebut gender, itulah yang kita perjuangkan, makanya ada kata kesetaraan sebelum kata gender”, ungkap Sisca yang mengiringi anggukan perlahan peserta, tanda mulai memahami.
Youth Traveler kali ini mengajak 40 remaja untuk ikut berpartisipasi di dalamnya. Kegiatan yang diadakan di Gedung Transito dan Alam Mayang, Pekanbaru ini diisi dengan pemaparan nilai, isu-isu yang diusung PKBI dan perkenalan Youth Forum oleh Fransisca. Kemudian dilanjutkan dengan diikuti oleh latihan menulis teks narasi, deskripsi dan eksposisi untuk advokasi oleh Riska Carolina, Spesialis Advokasi & Kebijakan Publik dari PKBI Pusat; Hingga berbagi pengalaman menembus beasiswa fellowship Young Southeast Asia Leaders Initiative (YSEALI) di Amerika Serikat oleh Hikmah Rizki Utami, remaja PKBI Riau.
Penulis : Riska Carolina