Pembentukan youth center merupakan salah satu prasyarat PKBI daerah atau cabang. Untuk mengaktifkan lagi program youth di beberapa daerah, PKBI mengadakan Youth Traveler di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Youth Traveler akan mengirimkan remaja dari tingkat nasional ke daerah-daerah tersebut untuk ‘traveling’ dengan agenda utama menjaring kelompok muda baru yang berpotensi meneruskan youth forum dan youth center PKBI sekaligus memperkuat jaringan remaja lintas daerah dan cabang.
Sabtu dan Minggu lalu, 19-20 Oktober 2019 perwakilan dari Youth Forum, Muhammad Abdul Ali memberikan pemahaman untuk mahasiswa dan siswa sekolah dari beberapa instansi pendidikan di Banjarmasin tentang PKBI serta program remajanya, youth center dan youth forum. Mahasiswa dan remaja yang datang ke kegiatan Youth Traveler pertama adalah generasi baru yang memang belum memiliki pengetahuan tentang PKBI. Dalam waktu yang singkat, Ali sebagai Ketua Youth Forum Nasional mempresentasikan strategi youth dan mengajak teman-teman baru untuk bergabung. Pembentukan youth center adalah agenda terdekat untuk remaja Banjarmasin, maka di akhir acara ditentukan satu koordinator yang akan mengupayakan youth center dalam waktu dekat.
Pelatihan Media
Di samping pengaktifan kembali youth, Youth Traveler juga membawakan materi yang berbeda-beda di setiap daerah. Remaja Banjarmasin mendapat materi media, skill yang bisa digunakan untuk berbagai kegiatan. Jessica Rachel, staf media tim komunikasi PKBI Pusat hadir sebagai fasilitator. Aktivitas hari ini dimulai dengan pengenalan setiap peserta yang mengikuti kegiatan. Sebagian besar adalah mahasiswa kesehatan Universitas Sari Mulia, mahasiswa universitas lainnya, dan beberapa siswa dari berbagai sekolah di Banjarmasin. Mahasiswa calon tenaga kesehatan memiliki pengetahuan, tetapi belum banyak yang memahami isu sosial dalam pemenuhan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) yang selama ini selalu sentral dalam organisasi PKBI.
Remaja bisa membuat perubahan dan tidak diragukan bahwa jiwa-jiwa revolusioner seperti Malala Yousafzai dan Greta Thunberg bukan sesuatu yang langka, tetapi kepedulian dalam diri remaja harus ditanamkan agar mereka mampu melakukan perubahan tersebut. Satu hal yang menjadi kendala remaja melakukan perubahan adalah aktivitas sehari-hari di sekolah atau kampus yang menyita waktu, sehingga komunitas muda kehilangan champion-nya. Guna membangun kesadaran tersebut, dalam sesi pertama pelatihan media peserta diminta untuk mencari sejumlah berita di Internet mengenai isu-isu HKSR di Kalimantan Selatan. Temuan menunjukkan bahwa di Banjarmasin isu HIV/AIDS menjadi sorotan utama mahasiswa kesehatan, diikuti oleh isu perkawinan anak yang angkanya tinggi. Beberapa mahasiswa mengangkat isu kekerasan terhadap perempuan serta eksploitasi anak.
Sesi kedua merupakan pemberian materi pemahaman kampanye dan bagaimana membuat konsep sebuah kampanye agar komunikasi yang dihasilkan efektif. Untuk menghasilkan sebuah kampanye diperlukan analisis isu atau permasalahan, objektif, target, pesan, dan medianya. Berangkat dari temuan yang dihasilkan dalam sesi pertama, mahasiswa membentuk 4 kelompok dan membuat konsep kampanye terkait isu HKSR. Perkawinan anak terbukti merupakan satu isu yang gawat menurut kelompok muda, melihat antusiasme mahasiswa menyusun konsep kampanye tentang perkawinan anak. Alat komunikasi kampanye bisa berupa berbagai media, dari yang konvensional seperti poster hingga non-konvensional (graffiti, skywriting, aksi, dst.). Sesuai dengan semangat generasinya, media kampanye yang dipilih peserta adalah media sosial online.
Kampanye media sosial online tidak lepas dari kemampuan untuk menuangkan pesan dalam bentuk visual. Dalam sesi terakhir pelatihan media, peserta pelatihan mendapatkan informasi mengenai resource yang bisa digunakan dalam membuat visualisasi pesan kampanye. Setiap peserta pelatihan secara individual mengasah kreativitas visual dan mengisinya dengan pesan sesuai isu HKSR di Banjarmasin. Pelatihan youth dan media adalah skill awal yang dibutuhkan agar youth bisa aktif menyuarakan nilai-nilai PKBI.