Jakarta, Tingginya angka ibu rumah tangga yang mengidap HIV-AIDS menjadi sorotan bagi Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Untuk itu, penyuluhan soal HIV-AIDS kepada ibu rumah tangga harus ditingkatkan.
Data dari Kementerian Kesehatan menyebut hingga bulan Desember 2014, terdapat 8.497 ibu rumah tangga yang positif HIV-AIDS. Tingginya angka pengidap HIV-AIDS pada ibu rumah tangga ini memunculkan kekhawatiran terjadinya penularan HIV baru dari ibu ke anak.
“Karena itu penyuluhan bagi ibu rumah tangga penting, sebagai langkah memutus mata rantai penularan HIV dari ibu ke anak,” tutur Devi Fitriana, pelaksana Humas PKBI, ditemui di Wisma PKBI, Jl Hang Jebat III, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (6/4/2015).
Jika ibu yang mengidap HIV tak mengetahui statusnya, dikhawatirkan anak akan tertular HIV ketika pemberian ASI ekslusif. Namun jika ibu sudah mengetahui statusnya, potensi penularan akan berkurang karena ibu sudah menjalani pengobatan.
“Kalau ibu nggak tahu statusnya risiko penularan akan besar, lewat ASI misalnya. Tapi kalau ibu sudah tahu statusnya, dia kan akan minim ARV, dan akan diberikan pedoman pencegahan penularan, maka dari itu risiko penularan akan berkurang,” paparnya lagi.
Penyuluhan bagi ibu rumah tangga dilakukan dengan memanfaatkan kader-kader PKBI yang tersebar di 82 kabupaten di 12 provinsi. Total ada kurang lebih 400 kader PKBI yang berasal dari beragam golongan.
“Ada yang ibu-ibu pengajian, jadi ketika ada majelis taklim dia penyuluhan soal HIV. Ada dari ibu rumah tangga, ada juga dari kader posyandu, bermacam-macamlah,” tandasnya.
Apa yang dilakukan oleh para kader ini ternyata menuai manfaat. Devi mengatakan para kader ini mampu menaikkan jumlah ibu rumah tangga yang melakukan VCT hingga lima kali lipat.
Dalam kurun waktu 6 bulan, sudah lebih dari 200.000 ibu rumah tang yang melakukan Voluntary Counseling Test (VCT) untuk HIV secara suka rela. Jauh dari rata-rata sebelumnya yang berada di kisaran 40.000 hingga 50.000 per tahun.
Ke depannya, Devi berharap agar tidak ada lagi diskriminasi terhadap pengidap HIV, termasuk ibu rumah tangga. Meski bukan termasuk kelompok populasi kunci, tes HIV tetap penting dilakukan untuk mengetahui status.
“Karena ibu rumah tangga kerentanan penularannya kan sebenarnya rendah, dia nggak ke mana-mana, di rumah saja, tapi angka kasusnya malah tinggi, yang bisa saja disebabkan oleh suami. Kita kan nggak tahu suami ngapain aja di luar, itu pentingnya tes HIV bagi ibu rumah tangga,” pungkasnya.
http://health.detik.com/read/2015/04/06/143657/2879060/763/2/ribuan-ibu-positif-hiv-aids-penyuluhan-ke-ibu-rumah-tangga-jadi-fokus-pkbi