LIPUTAN MEDIA : Tingkatkan Kespro, PKBI Ingatkan Pentingnya KB dan Alat Kontrasepsi
28 October 2019
Temuan Baru dalam Konteks Ekstremisme dan Terorisme di Indonesia
8 November 2019
Show all

Siaran Pers : Remaja Harus Jadi Tokoh Utama Dalam Program Keluarga Berencana

Denpasar, 28-29 Oktober 2019. Bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda, PKBI, Ikatan Bidan Indonesia (IBI), berkerjasama dengan DKT Indonesia menggelar Dialog ‘Harmonisasi Program Keluarga Berencana Untuk Kesejahteraan Indonesia’ di Denpasar, Bali.  Dialog dihadiri oleh jurnalis dan wartawan media cetak maupun online. Pertemuan tersebut menjadi momentum untuk membangun pemahaman bersama bahwa sudah saatnya generasi muda mendapatkan pengetahuan akan kesehatan reproduksi secara menyeluruh, untuk mencegah kehamilan usia dini pada pasangan muda yang menikah di bawah umur 24 tahun[1].

Ditemui dalam acara tersebut, Prof. Dr. dr. I Nyoman Mangku Karmaya, M. Repro, Guru Besar Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, memaparkan bahwa untuk mencapai visi membangun SDM yang berkualitas, yang selama ini telah digaungkan oleh Presiden Jokowi, program Keluarga Berencana (KB) perlu untuk digalakkan dengan menyelaraskan atau harmonisasi segala tantangan-tantangan baik dari aspek hukum, aspek sosial dan aspek budaya.

Dalam rangka Sumpah Pemuda, Guru Besar Universitas Udayana tersebut kembali mengingatkan beban produksi dari generasi muda yang banyak dalam masa produktif bisa menjadi bom waktu apabila dilihat dari pemuda hanya sebagai objek produksi dan reproduksi. Untuk itu, generasi muda harus dibekali keterampilan, dan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi yang berkualitas, sejalan dengan ICPD[2] tahun 1994 di Kairo.

Pengurus PKBI Bali, Ida Putu Mudita,  kemudian menambahkan bahwa untuk ke depannya generasi muda perlu menjadi tokoh utama program Keluarga Berencana, terutama pemahaman informasi tentang hak dan kesehatan seksual dan reproduksi. Hal ini akan menghindarkan generasi muda dari risiko tindakan aborsi yang tidak aman dan infeksi menular seksual. PKBI sendiri sudah tidak bicara mengenai keluarga berencana namun hak kesehatan seksual dan reproduksi yang dimulai dari hulu ke hilir.

Made Oka Negara, FIAS, Turut menambahkan bahwa berdasarkan hasil penelitian Global Early Adolescent Study (GEAS) 2018[3] di Kota Denpasar,  Memperlihatkan bahwa hanya 5 dari 10 remaja yang nyaman berbicara dengan orangtua/pengasuh mereka dan terdapat 43,6% remaja yang akhirnya berpacaran sembunyi-sembunyi dari orangtua mereka.  “Pendidikan Seksualitas sebaiknya diberikan pada anak usia dini dimana anak berada pada tahap perkembangan seksual, Orang tua dan institusi pendidikan memiliki peranan penting untuk memberikan pendidikan seksualitas sejak dini. Pendidikan seksualitas ini penting karena KB bukan hanya sekadar penjelasan alat kontrasepsi. Keluarga Berencana berupaya untuk mendapatkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas termasuk remaja yang sehat” ungkapnya kemudian.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Pengurus Daerah Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Provinsi Bali, Luh Putu Sekarini menggagas program Keluarga Berencana sudah saatnya diubah nama menjadi program ‘Keluarga Berkualitas‘, hal ini untuk merubah pemahaman bahwa Keluarga Berencana hanyalah soal pembatasan jumlah anak.

Di sisi lain Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2017 menunjukkan adanya penurunan penggunaan kontrasepsi modern pada segmen usia muda (15 – 29 tahun) secara signifikan sebesar 4 persen. Diperkirakan, Rendahnya pengetahuan generasi muda terhadap pentingnya KB menjadi penyebab utama hal tersebut.

Pada kesempatan yang sama, mewakili private sector, DKT Indonesia sebagai organisasi pemasaran sosial kontrasepsi, mengungkapkan “Salah satu kendala utama edukasi kesehatan reproduksi pada generasi muda adalah stigma bahwa hal ini masih dianggap tabu. Padahal, edukasi dan literasi tersebut harus terus dilakukan untuk mengurangi kejadian kehamilan yang tidak direncanakan serta infeksi menular seksual di kalangan generasi muda” Ungkap Aditya A. Putra selaku Head of Strategic Planning DKT Indonesia.

“Generasi muda harus mengerti bahwa program KB bukan sekedar membatasi jumlah anak, tapi lebih dari itu. KB adalah bagian penting dari perencanaan masa depan, yang nantinya akan menentukan kualitas kehidupan dan kesehatan mereka. Harapannya, apabila mereka memiliki perencanaan masa depan yang kuat, mereka tahu dan bisa merencanakan di usia berapa akan menikah dan akan memiliki anak, serta menentukan berapa banyak anak” ujar Aditya menutup.

 

Tentang PKBI

Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) merupakan sebuah organisasi pelopor gerakan Keluarga Berencana di Indonesia sejak tahun 1957. Hingga saat ini PKBI memiliki kantor daerah di 25 Provinsi di Indonesia dan terus memperjuangkan hak warga Negara untuk terpenuhinya hak kesehatan seksual dan reproduksi secara komprehensif.

Jl. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru-Jakarta Selatan | (021-720-7372) | www.pkbi.or.id

Website:         www.pkbi.or.id

Facebook:       @suarapkbi

Instagram:     @suarapkbi

Twitter:           @suarapkbi

Contact              Komang Sutrisna ( Direktur Eksekutif PKBI Bali) 0821-4731-5660

 

Tentang DKT Indonesia

DKT Indonesia hadir sejak tahun 1996 dengan menghadirkan empat brand kontrasepsi: kondom Sutra (1996), Kontrasepsi Andalan (2000), kondom Fiesta (2003), dan juga Supreme Premium Condoms (2018). Pada tahun 2019, DKT Indonesia memperkuat perannya dalam industri kesehatan reproduksi, dengan menghadirkan Andalan Feminine Care, dan menjadikan Andalan sebagai One Stop Solution for Women Healthcare. DKT Indonesia berhasil melindungi lebih dari 8 juta pasangan setiap tahunnya dari kehamilan yang tidak direncanakan dan berkontribusi dalam menjalankan program perencanaan keluarga serta pencegahan infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS.

Website:         dktindonesia.org

Facebook:       @dktindo

Instagram:      @dktindonesia

Twitter:           @dktindonesia

 

Media Contact:

Nurul Jannati R.

PR Manager

(e): nurul@dktindonesia.org

(m): +62 81229 111 254

 

[1] Usia minimal kehamilan ideal menurut Kemenkes RI

[2] International Conference on Population and Development

[3] Explore 4 actions : Brief finding series issue 1, vol 4, 2019